• UGM
  • IT Center
  • EnglishEnglish
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
Universitas Gadjah Mada Menara Ilmu Parasitologi Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
  • Visi Misi
  • Parasitologi Kedokteran
  • Subdivisi
    • Protozoologi
    • Helmintologi
    • Entomologi
  • Penyakit akibat parasit
    • Penyakit Kecacingan (Helminths)
      • Askariasis
      • Trikuriasis
      • Penyakit Enterobiasis
      • Infeksi cacing tambang atau Hookworm (Cutaneous Larva Migrans)
      • Penyakit Strongyloidiasis
      • Penyakit Taeniasis
      • Penyakit Diphyllobothriasis
      • Penyakit Fascioliasis
      • Schistosomiasis
      • Penyakit Fasciolopsiasis
    • Penyakit akibat Protozoa usus
      • Penyakit Amebiasis
      • Penyakit Giardiasis
      • Penyakit Cryptosporidiosis
    • Penyakit Tular Vektor
      • Demam Berdarah Dengue
      • Penyakit Zika
      • Penyakit Chikungunya
      • Japanese Encephalitis (JE)
      • Penyakit Malaria
      • Filariasis limfatik
    • Penyakit akibat Arthropoda
      • Penyakit Pediculosis
      • Scabies (Kudis)
      • Gigitan atau sengatan Serangga
      • Alergi debu tungau rumah
      • Penyakit Dermatitis linearis
    • Penyakit parasit lainnya
      • Toksoplasmosis
      • Trikomoniasis
      • Toksokariasis
      • Penyakit Paragonimiasis
      • Hidatidosis (Echinococcosis)
  • Kontak
  • Beranda
  • Artikel
  • Gigitan serangga ini mungkin dapat membunuhmu!

Gigitan serangga ini mungkin dapat membunuhmu!

  • Artikel
  • 5 September 2019, 20.53
  • Oleh: Rizqiani Kusumasari
  • 0

Istilah ‘gigitan serangga’ biasanya digunakan untuk menunjukkan gigitan dan sengatan yang ditimbulkan oleh anggota filum Arthropoda. Sengatan dan gigitan serangga sering terjadi. Mereka sering menghasilkan kemerahan dan pembengkakan di daerah yang terluka. Kadang-kadang sengatan atau gigitan dapat menyebabkan reaksi alergi yang mengancam jiwa atau menularkan patogen (virus, bakteri atau parasit) kepada manusia.

Manifestasi klinis yang paling umum dari gigitan dan sengatan serangga termasuk pembengkakan dan kemerahan lokal dan kadang-kadang bengkak. Kedua gigitan dan sengatan membuat cedera jaringan yang dapat berfungsi sebagai masuknya untuk infeksi bakteri sekunder. Dalam beberapa kasus, pengiriman racun beracun dapat mengakibatkan reaksi sistemik yang signifikan termasuk ketidakstabilan otonom, neurotoksisitas dan kegagalan organ. Selain itu, reaksi alergi yang parah terhadap toksin (reaksi anafilaksis) dapat berakibat fatal, paling umum karena kolaps sirkulasi.

  • Tawon, lebah, jaket kuning, lebah, dan semut api semuanya memiliki sengatan yang menyakitkan yang disebabkan oleh sengatnya. Reaksi anafilaksis dapat muncul dengan gejala awal gatal, muka memerah, dan bengkak yang dapat dengan cepat berkembang menjadi kesulitan bernapas, muntah, kram perut, dan syncope.
  • Kalajengking memiliki struktur seperti ekor yang mengandung kelenjar stinger dan dua racun. Meskipun tidak biasa, sengatan kalajengking juga dapat menghasilkan gejala sistemik termasuk sesak di dada, detak jantung yang cepat, agitasi, dan kejang otot.
  • Dua laba-laba yang memiliki potensi terbesar untuk menyebabkan morbiditas yang signifikan adalah laba-laba Black Widow dan Brown Recluse. Sebagian besar gigitan hanya menghasilkan gejala lokal minimal dan tidak menghasilkan kerusakan parah. Namun, beberapa gigitan akan mengembangkan manifestasi sistemik termasuk berkeringat, mengeluarkan air liur, gelisah, kejang otot, mual, muntah, dan kesulitan bernapas.
  • Tidak secara langsung menyebabkan kematian setelah gigitan, gigitan kutu biasanya tidak menimbulkan rasa sakit dan dapat timbul dengan berbagai macam ruam. Dampak paling signifikan dari kutu pada manusia adalah kemampuan mereka untuk bertindak sebagai vektor untuk penyakit yang signifikan termasuk Rocky Mountain spotted fever, tifus endemik, ehrlichiosis, Q-fever, demam hemoragik, penyakit Lyme, demam kambuh, tularemia, babesiosis. 

Banyak gigitan dan sengatan bersifat defensif, dan sebagian besar serangga biasanya tidak menyerang manusia kecuali mereka diprovokasi. Ingatlah bahwa sarang serangga tidak boleh diganggu atau didekati sejak awal. Upaya pencegahan gigitan serangga utama melibatkan penggunaan penolak serangga yang efektif yang mengandung DEET (N, N-dietil-meta-toluamide). Selain itu, pakaian yang sesuai seperti celana berwarna terang, kemeja lengan panjang, dan topi juga mengurangi kemungkinan gigitan serangga.

Tautan

Universitas Gadjah Mada

Departemen Parasitologi

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada

Gedung Prof. Drs. R. Radiopoetro Lantai 4

Sekip Utara, Yogyakarta 55281

Indonesia

Telp./Fax. (0274) 546215

Email: parasitologi.fk@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju