• UGM
  • IT Center
  • EnglishEnglish
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
Universitas Gadjah Mada Menara Ilmu Parasitologi Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
  • Visi Misi
  • Parasitologi Kedokteran
  • Subdivisi
    • Protozoologi
    • Helmintologi
    • Entomologi
  • Penyakit akibat parasit
    • Penyakit Kecacingan (Helminths)
      • Askariasis
      • Trikuriasis
      • Penyakit Enterobiasis
      • Infeksi cacing tambang atau Hookworm (Cutaneous Larva Migrans)
      • Penyakit Strongyloidiasis
      • Penyakit Taeniasis
      • Penyakit Diphyllobothriasis
      • Penyakit Fascioliasis
      • Schistosomiasis
      • Penyakit Fasciolopsiasis
    • Penyakit akibat Protozoa usus
      • Penyakit Amebiasis
      • Penyakit Giardiasis
      • Penyakit Cryptosporidiosis
    • Penyakit Tular Vektor
      • Demam Berdarah Dengue
      • Penyakit Zika
      • Penyakit Chikungunya
      • Japanese Encephalitis (JE)
      • Penyakit Malaria
      • Filariasis limfatik
    • Penyakit akibat Arthropoda
      • Penyakit Pediculosis
      • Scabies (Kudis)
      • Gigitan atau sengatan Serangga
      • Alergi debu tungau rumah
      • Penyakit Dermatitis linearis
    • Penyakit parasit lainnya
      • Toksoplasmosis
      • Trikomoniasis
      • Toksokariasis
      • Penyakit Paragonimiasis
      • Hidatidosis (Echinococcosis)
  • Kontak
  • Beranda
  • Askariasis

Askariasis

  • 4 September 2019, 15.23
  • Oleh: Rizqiani Kusumasari
  • 0

Penyakit. Askariasis adalah infeksi usus kecil yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides (nematoda atau cacing gelang terbesar). Askariasis paling banyak terjadi pada anak-anak baik di negara tropis dan berkembang. Biasanya terjadi tanpa adanya gejala dan dapat bermanifestasi sebagai retardasi pertumbuhan, pneumonitis, obstruksi usus, atau cedera hepatobilier dan pankreas.

Siklus hidup. Cacing dewasa berada di bagian atas usus kecil, tempat mereka bertahan hidup dengan makanan yang telah dicerna. Cacing membuat diri mereka menjadi bentuk seperti huruf S dan menekan epitel usus sambil bergerak melawan peristaltik untuk bertahan di usus kecil. Cacing betina bertelur, dan dia dapat menghasilkan hingga 200.000 telur per hari. Telur-telur ini dibuahi tetapi tidak berembrio, dan telur-telur itu dikeluarkan bersama tinja. Telur yang sudah dibuahi tetapi berkembang melalui embrionasi dalam tinja yang berada di tanah. Proses embrionasi membutuhkanwaktu2-4 minggu. Telur dapat bertahan berbulan-bulan sebelum embrionasi dimulai, tetapi mereka membutuhkan lingkungan aerobik yang lembab untuk berkembang. Telur-telur itu dapat bersifat infektif jika sudah berembrio dan memiliki larva di dalamnya. Setelah berembrio, telur infektif harus tertelan oleh manusiaagarsiklus hidup A. lumbricoides dapat lengkap atau selesai. Garam empedu dan alkaline enteric juice yang berada diusus kecil merangsang pelepasan larva dari telur. Larva tahap kedua ini kemudian melakukan perjalanan dari usus kecil ke hati. Kemudian larva bermigrasi ke jantung melalui sirkulasi paru-paru. Larva sudah dalam tahapan ketiga di kapiler alveolar, dan larva memasuki ruang alveolar. Setelah itu larva bermigrasi ke bronkus ke dalam tranchea dan kemudian ke epiglotis.

Epidemiologi dan Faktor Risiko. Askariasis merupakan infeksi yang paling umum terjadi di seluruh dunia, biasa terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana sanitasi dan kebersihan buruk. Sekitar 1,5 miliar orang terinfeksi Askaris pada tahun 2002. Kasus pada anaklebih sering terjadi dibandingkanpada orang dewasa, yaitu dengan kelompok usia yang paling umum antara 3-8 tahun. Status gizi buruk: infeksi yang lebih serius Askariasis mungkin ada sebagai infeksi zoonosis yang terkait dengan babi dan penggunaan kotoran babi. Orang yang memelihara babi atau menggunakan kotoran babi sebagai pupuk mungkin berisiko terinfeksi Infeksi Ascaris suum. Kontak dengan babi harus diselidiki sebagai penyebab potensial setelah diagnosis askariasis. Di sebagian besar daerah endemis, kemungkinan besar ditularkan dari orang ke orang. Penularan infeksi Ascaris lumbricoides kepada orang lain di lingkungan masyarakat dapat dicegah dengan tidak buang air besar di luar ruangan dan sistem pembuangan limbah yang efektif.

Gambaran klinis. Gambaran klinisnya adalah batuk, dispnea, asma, dan nyeri dada selama migrasi paru-paru awal. Nyeri perut, distensi, kolik, mual, anoreksia, diare intermiten dengan obstruksi usus parsial atau komplit oleh cacing dewasa.

Diagnosis. Diagnosisdilakukan dengan pemeriksaan feses: ditemukannyatelur berukuran besar berwarna cokelat berukuran 60 X 50 mm. Telur yang dibuahi memiliki lapisan mucopolysaccharideyang tidak rata di permukaan luarnya. Larva dapat diamati dalam sediaan basah mikroskopis basah selama fase migrasi paru. Eosinofilia selama fase migrasi jaringan infeksi.

Pengobatan. Obat anthelminthic (obat yang membersihkan tubuh dari cacing parasit), seperti albendazole dan mebendazole, adalah obat pilihan untuk pengobatan infeksi genus Ascaris, terlepas dari jenis spesies cacingnya. Infeksi pada umumnya dirawat selama 1-3 hari. Obat-obatan ini efektif dan tampaknya memiliki sedikit efek samping.

 

Daftar Pustaka:

Adachi K. Ascariasis.  Available from: https://web.stanford.edu/group/parasites/ParaSites2002/ascariasis/

Centers for Disease Control and Prevention. Parasites – Ascariasis.[Updated: February 15, 2018].  Available from: https://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/index.html

Haburchak D.R. Ascariasis. Medical College of Georgia. 2002. Available from: (https://emedicine.medscape.com/article/212510-overview)

 

 

Tautan

Universitas Gadjah Mada

Departemen Parasitologi

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada

Gedung Prof. Drs. R. Radiopoetro Lantai 4

Sekip Utara, Yogyakarta 55281

Indonesia

Telp./Fax. (0274) 546215

Email: parasitologi.fk@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju