Terminologi ‘gigitan serangga’ di masyarakat umum secara medis dapat berarti gigitan ataupun sengatan serangga dari kelompok artropoda. Gigitan serangga ini dapat bermanifestasi sebagai lesi kulit berupa bintik-bintik atau bercak kemerahan yang disertai bengkak akibat trauma langsung, reaksi peradangan, ataupun reaksi alergi terhadap air liur serangga. Lesi kulit ini juga dapat berkembang menjadi lokasi infeksi sekunder bakteri. Selain menimbulkan reaksi lokal pada kulit, gigitan atau sengatan serangga juga dapat berperan sebagai moda transmisi virus, bakteri, atau protozoa lainnya. Reaksi sistemik gigitan atau sengatan serangga bervariasi dari gangguan saraf, gangguan saraf otonom, hingga kegagalan organ. Pada beberapa individu dapat terjadi reaksi alergi berat (anafilaksis) akibat sengatan serangga.
Chilopoda
Kelabang termasuk dalam kelas Chilopoda yang memiliki karakteristik morfologi berupa satu pasang kaki di tiap ruas tubuh dan adanya struktur menyerupai capit pada kepala yang terhubung pada kalenjar racun. Gigitan kelabang biasanya tampak sebagai dua titik perdarahan yang dikelilingi ruam kemerahan dan tampak bengkak. Racun mengandung metalloprotease yang menyebabkan nyeri. Terapi suportif dapat diberikan dengan cara mencuci bekas gigitan dengan air dan sabun, kompres es, dan menggunakan obat analgesik dan steroid.
Diplopoda
Berbeda dengan kelabang, kaki seribu memiliki dua pasang kaki di tiap ruas tubuhnya. Gigitan kaki seribu dapat menyebabkan reaksi lokal berupa rasa terbakar yang hebat, diikuti dengan ruam kemerahan dan terbentuknya benjolan besar berisi cairan (bula) akibat efek toksik racun. Bekas gigitan akan membekas sebagai ruam berwarna gelap (hiperpigmentasi). Pengobatan suportif dapat diberikan dengan cara mencuci bekas gigitan dengan air dan sabun, kompres es, dan menggunakan obat analgesik dan steroid.
Kutu Busuk (Bedbugs)
Cimex lectularius, atau sering disebut kutu busuk atau kutu kasur, merupakan kutu penghisap darah yang dapat ditemukan di seluruh dunia. Kutu kasur berbentuk pipih, oval, berwarna merah kecoklatan, dan berukuran panjang 3-6 mm. Kutu kasur biasanya ditemukan di sela-sela kasur dan sofa. Gigitan kutu kasur biasanya tampak sebagai bintik-bintik kecil kemerahan yang gatal, yang muncul di sisi tubuh yang tertutup pakaian. Pengobatan yang dapat diberikan antara lain salep steroid dan obat antihistamin untuk mengurangi rasa gatal. Penggunaan insektisida mungkin diperlukan untuk eliminasi seluruh kutu kasur yang terdapat di perabot rumah tangga.
Kissing Bugs
Kissing bugs, atau triatome bugs, merupakan jenis serangga yang dapat berperan sebagai vektor parasit Trypanosoma cruzi, penyebab penyakit Chagas. Serangga ini berukuran panjang 1,5-2,5 cm, berwarna coklat atau hitam dengan garis merah atau kuning yang khas pada tubuhnya. Kissing bugsbiasanya ditemukan di benua Amerika. Serangga ini dapat menularkan parasit T. cruzimelalui kotorannya. Individu biasanya tertular pada saat tidak sengaja menggosok kotoran serangga di bagian tubuhnya yang luka, atau di mata atau mulut. Gigitan kissing bugs secara umum tidak menimbulkan rasa nyeri dan hanya tampak sebagai bintik kemerahan yang dapat berkembang menjadi pembengkakan yang disebut chagoma. Individu dengan penyakit Chagas biasanya tidak menunjukkan gejala, tetapi proses penyakit terus berlangsung secara kronis, dengan komplikasi umum pada organ pencernaan atau jantung.
Lalat
Terdapat beberapa kelompok lalat penghisap darah yang berpotensi menyebabkan penyakit pada manusia, antara lain deer fly, horse fly, sand fly, dan lalatTsetse. Lalat Tsetse (Glossina sp.) menularkan Trypanosoma bruceipenyebab penyakit African trypanosomiasis, sand fly(Phlebotomussp.; Lutzomyiasp.) menularkan patogen penyebab penyakit bartonellosis dan leishmaniasis, dan deer fly(Chrysops sp.) mentransmisikan cacing Loa loa dan bakteri penyebab penyakit tularemia. Black fly(Simulium sp.) dapat mentransmisikan cacing penyebab onchocerciasis dan mansonellosis, sedangkan horse fly(famili Tabanidae) juga dapat berperan sebagai vektor beberapa spesies cacing filaria. Gigitan lalat biasanya bermanifestasi sebagai bintik-bintik kemerahan menyerupai biduran yang terasa nyeri. Pengobatan suportif dapat diberikan dengan obat analgesik, antihistamin, dan kompres es.
Myiasis merupakan infestasi larva lalat pada tubuh manusia. Penyakit ini terjadi saat lalat meninggalkan larvanya pada luka yang terdapat di tubuh manusia. Larva lalat tersebut lalu memakan jaringan sekitar luka, sehingga menyebabkan perluasan luka. Terapi biasanya menggunakan pendekatan bedah.
Hymenoptera
Serangga yang termasuk dalam ordo Hymenoptera antara lain lebah, tawon, dan semut api. Sengatan serangga dalam kelompok ini biasanya menimbulkan ruam kemerahan dan bengkak yang disertai nyeri hebat. Reaksi alergi (anafilaksis) dapat terjadi pada individu yang sensitive terhadap racun serangga. Gejala anafilaksis dapat berupa nyeri perut hebat, sesak napas, mengi, bengkak seluruh tubuh, hingga penurunan kesadaran.
Lebah yang merupakan anggota famili Apidae memiliki sengat yang akan tertinggal di tubuh mangsa setelah sengatan dan hanya mampu menyengat satu kali, sedangkan tawon dari famili Vespidae memiliki kemampuan untuk menyengat mangsa berulang kali. Sengat lebah harus dilepaskan dari lokasi sengatan, diikuti dengan kompres es dan pemberian analgesik, steroid, dan antihistamin. Semut api termasuk ke dalam famili Formicidae yang memiliki kemampuan untuk menggigit dan menyengat. Semut api biasanya menyerang secara berkelompok, dengan temuan klinis berupa bintik kecil kemerahan dengan dua titik gigitan yang disertai rasa terbakar hebat. Bekas gigitan dapat berkembang menjadi benjolan berisi cairan. Terapi gigitan semut api sama dengan terapi sengatan lebah dan tawon.
Pinjal (Fleas)
Spesies pinjal yang dapat berperan sebagai vektor patogen penyebab penyakit pes, tularemia, dan endemic typhus antara lain Xenopsylla cheopis dan Pulex irritans. Pinjal merupakan parasit berukuran panjang 2-4 mm dan berwarna merah kecoklatan. Siklus hidup pinjal terdiri dari telur, larva, pupa, dan imago (dewasa). Gigitan pinjal dapat berupa bintik kemerahan yang sangat gatal. Lesi kulit dapat berkembang menjadi biduran hingga benjolan berisi cairan. Pengobatan gigitan pinjal dapat diberikan dengan obat analgesik, steroid, dan antihistamin.
Caplak (Ticks)
Secara umum, caplak dapat dikategorikan menjadi caplak dengan cangkang keras (hard tick; famili Ixodidae) dan cangkang lunak (soft tick; famili Argasidae). Secara morfologi, caplak dewasa berbentuk oval dan memiliki 4 pasang kaki. Tubuh caplak akan membesar seiring dengan jumlah darah yang dihisap. Pada saat menggigit, caplak melepaskan substansi yang menghambat penjendalan darah, sehingga caplak dapat menghisap darah dalam jumlah banyak. Gigitan caplak biasanya bersifat tidak nyeri, dan biasanya individu tidak sadar bahwa caplak masih menempel di tubuhnya. Caplak dapat berperan sebagai vektor patogen penyebab penyakit Rocky Mountain spotted fever, endemic typhus, ehrlichiosis, Q-fever, hemorrhagic fever, Lyme disease, relapsing fever, tularemia, danbabesiosis. Pengobatan gigitan caplak dapat diberikan dengan obat analgesik, steroid, dan antihistamin. Apabila caplak masih menempel, maka caplak perlu dilepaskan secara hati-hati menggunakan pinset.
Kalajengking
Kalajengking memiliki ekor dengan sengat pada ujung ekor yang mengandung kalenjar racun. Sengatan kalajengking bermanifestasi menyerupai sengatan lebah dan tawon berupa ruamh kemerahan dan bengkak yang disertai nyeri hebat. Selain itu, racun kalajengking dapat menyebabkan gejala sistemik seperti tekanan darah tinggi, jantung berdebar, perubahan irama jantung, serta kejang otot. Terapi suportif dapat diberikan dengan cara mencuci bekas sengatan dengan air dan sabun, kompres es, dan menggunakan obat analgesik dan steroid. Rujukan lebih lanjut diperlukan apabila individu menunjukkan gejala sistemik.
Laba-laba
Dua jenis laba-laba yang dapat menyebabkan penyakit dengan dampak besar pada manusia adalah laba-laba Black Widowdan Brown Recluse. Secara umum, laba-laba hanya akan menggigit manusia jika merasa terancam. Laba-laba Black Widow (Latrodectus mactans) banyak ditemukan di Amerika. Laba-laba ini berukuran panjang 1,5 cm, berwarna hitam dengan corak pungguung berbentuk jam pasir berwarna merah atau oranye. Gigitan laba-laba jenis ini biasanya menimbulkan benjolan kemerahan dengan dua titik gigitan yang disertai rasa kebas. Gejala sistemik dapat muncul berupa mual dan muntah, tekanan darah tinggi, jantung berdebar, perubahan irama jantung, serta kejang otot. Terapi suportif dapat diberikan dengan cara mencuci bekas gigitan dengan air dan sabun, kompres es, dan menggunakan obat analgesik dan steroid. Rujukan lebih lanjut diperlukan apabila individu menunjukkan gejala sistemik.
Laba-labaBrown Recluse(Loxosceles reclusa) berukuran 1-1,5 cm, berwarna kuning kecoklatan dengan corak menyerupai biola pada punggungnya. Laba-laba jenis ini juga banyak ditemukan di Amerika. Berbeda dengan Black Widow, gigitan laba-laba Brown Recluse menimbulkan kematian jaringan, sehingga bekas gigitan tampak seperti benjolan berisi cairan (bula) hingga jaringan mati (nekrosis) yang tidak disertai rasa nyeri. Terapi suportif dapat diberikan dengan cara mencuci bekas gigitan dengan air dan sabun, kompres es, dan menggunakan obat analgesik dan steroid.
Chiggers (Tungau)
Chiggers termasuk dalam kelompok tungau, dari famili Trombiculidae. Larva tungau ini dapat menjadi vektor bakteri penyebab penyakit scrub typhus di beberapa negara di Asia. Tungau ini dapat ditemukan di kebun, rerumputan, dan di hutan. Chiggersdapat menempel pada tubuh manusia yang tidak tertutup pakaian seperti layaknya caplak, misalnya di pergelangan kaki, belakang telinga, dan terkadang ketiak. Pada awalnya, gigitan tungau ini berupa bintik kemerahan yang tidak nyeri, tetapi seiring dengan berjalannya waktu dapat berkembang menjadi jaringan kulit kehitaman (eschar). Pengobatan gigitan chiggersdapat diberikan dengan obat analgesik, steroid, dan antihistamin. Apabila tungau masih menempel, maka tungau perlu dilepaskan secara hati-hati menggunakan pinset.
Hal utama dalam pencegahan gigitan serangga adalah menggunakan repelen serangga yang mengandung insektisida DEET (N, N-diethyl-meta-toluamide) dengan konsentrasi 20-50%. Repelen golongan ini dapat melindungi individu dari gigitan sebagian besar nyamuk dan caplak. Selain menggunakan repelen, pencegahan gigitan serangga dapat dilakukan dengan mengenakan pakaian tertutup dan berwarna terang.
Daftar Pustaka:
Alpern JD, Dunlop SJ, Dolan BJ, Stauffer WM, Boulware DR. Personal Protection Measures Against Mosquitoes, Ticks, and Other Arthropods. Med Clin North Am. 2016;100(2):303-16.
Erickson TB, Cheema N. Arthropod Envenomation in North America. Emerg Med Clin North Am. 2017;35(2):355-75.
Haddad V, Jr., Cardoso JL, Lupi O, Tyring SK. Tropical dermatology: Venomous arthropods and human skin: Part I. Insecta. J Am Acad Dermatol. 2012;67(3):331.e1-14; quiz 45.
Haddad V, Jr., Cardoso JL, Lupi O, Tyring SK. Tropical dermatology: Venomous arthropods and human skin: Part II. Diplopoda, Chilopoda, and Arachnida. J Am Acad Dermatol. 2012;67(3):347.e1-9; quiz 55.
Juckett G. Arthropod bites. Am Fam Physician. 2013;88(12):841-7.
Quan D. North American poisonous bites and stings. Crit Care Clin. 2012;28(4):633-59.
Steen CJ, Carbonaro PA, Schwartz RA. Arthropods in dermatology. J Am Acad Dermatol. 2004;50(6):819-42, quiz 42-4.
Powers J, McDowell RH. Insect Bites[Updated 21 May 2019]. Treasure Island, FL, StatPearls Publishing. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537235/.
Vasievich MP, Villarreal JD, Tomecki KJ. Got the Travel Bug? A Review of Common Infections, Infestations, Bites, and Stings Among Returning Travelers. Am J Clin Dermatol. 2016;17(5):451-62.