Terdapat beberapa jenis debu tungau yang seringkali ditemukan di dalam rumah, yang tersering adalah Dermatophagoides pteronyssinusdan Dermatophagoides farina. Tungau ini dapat menjadi senyawa alergen yang akan memicu berbagai reaksi alergi pada orang yang sensitif, seperti rinitis alergi, asma, dan dermatitis atopik. Dermatophagoides pteronyssinusmerupakan tungau penyebab reaksi alergi tersering di Asia Tenggara yang beriklim lembab dan hangat. Spesies tungau ini dapat bersembunyi dan berkembang biak di perabotan rumah tangga seperti karpet, sofa, dan tempat tidur. Senyawa alergen tungau berasal dari enzim pencernaan dan kulit mati (sisik/cangkang) tungau. Enzim atau cangkang tungau tersebut melekat atau tertinggal di perabotan rumah tangga dan memicu reaksi alergi. Gejala yang timbul cenderung ringan dan terjadi secara perlahan, sehingga diagnosis sering terlambat. Alergi debu tungau rumah juga seringkali secara tidak sengaja ditemukan saat pemeriksaan uji alergi kulit. Pengobatan awal yang dapat diberikan antara lain steroid dan antihistamin, sedangkan pilihan pengobatan lainnya yang dapat dipertimbangkan adalah imunoterapi spesifik. Memasang penutup atau mengganti sprei kasur, sarung bantal, dan selimut secara rutin setiap minggu dapat mengurangi kemungkinan kontak terus menerus terhadap alergen tungau.
Daftar Pustaka:
Huang FL, Liao EC, Yu SJ. House dust mite allergy: Its innate immune response and immunotherapy. Immunobiology. 2018;223(3):300-2.
Roche N, Chinet TC, Huchon GJ. Allergic and nonallergic interactions between house dust mite allergens and airway mucosa. Eur Respir J. 1997;10(3):719-26.
Yu S-J, Liao E-C, Tsai J-J. House dust mite allergy: environment evaluation and disease prevention. Asia Pac Allergy. 2014;4(4):241-52.