• UGM
  • IT Center
  • EnglishEnglish
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
Universitas Gadjah Mada Menara Ilmu Parasitologi Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
  • Visi Misi
  • Parasitologi Kedokteran
  • Subdivisi
    • Protozoologi
    • Helmintologi
    • Entomologi
  • Penyakit akibat parasit
    • Penyakit Kecacingan (Helminths)
      • Askariasis
      • Trikuriasis
      • Penyakit Enterobiasis
      • Infeksi cacing tambang atau Hookworm (Cutaneous Larva Migrans)
      • Penyakit Strongyloidiasis
      • Penyakit Taeniasis
      • Penyakit Diphyllobothriasis
      • Penyakit Fascioliasis
      • Schistosomiasis
      • Penyakit Fasciolopsiasis
    • Penyakit akibat Protozoa usus
      • Penyakit Amebiasis
      • Penyakit Giardiasis
      • Penyakit Cryptosporidiosis
    • Penyakit Tular Vektor
      • Demam Berdarah Dengue
      • Penyakit Zika
      • Penyakit Chikungunya
      • Japanese Encephalitis (JE)
      • Penyakit Malaria
      • Filariasis limfatik
    • Penyakit akibat Arthropoda
      • Penyakit Pediculosis
      • Scabies (Kudis)
      • Gigitan atau sengatan Serangga
      • Alergi debu tungau rumah
      • Penyakit Dermatitis linearis
    • Penyakit parasit lainnya
      • Toksoplasmosis
      • Trikomoniasis
      • Toksokariasis
      • Penyakit Paragonimiasis
      • Hidatidosis (Echinococcosis)
  • Kontak
  • Beranda
  • Penyakit akibat Arthropoda
  • Penyakit Pediculosis

Penyakit Pediculosis

  • 4 September 2019, 12.06
  • Oleh: Rizqiani Kusumasari
  • 0

Pediculosis merupakan penyakit akibat infestasi kutu (louse). Terdapat 3 spesies kutu yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, antara lain Pediculus humanus capitisĀ (kutu kepala), Pediculus humanus corporisĀ (kutu badan), dan Pthirus pubisĀ (kutu kelamin atau kutu kepiting). Kutu kepala merupakan jenis kutu yang paling sering menyebabkan penyakit pada manusia. Penyakit pediculosis dapat ditemukan di semua negara di dunia, di semua jenis kelompok masyarakat. Transmisi terjadi melalui kontak langsung dengan penderita.

Siklus hidup kutu terdiri dari stadium telur, nimfa, dan dewasa. Secara morfologi, kutu berwarna keabu-abuan, pipih, berukuran 2,5 hingga 3,5 cm, memiliki 3 pasang kaki, dan tidak bersayap. Kutu kelamin memiliki ukuran yang lebih kecil, dengan perbedaan morfologi berupa sepasang kaki pertama berbentuk seperti capit kepiting. Kutu tidak memiliki kemampuan untuk melompat atau terbang, sehingga transmisi hanya dapat terjadi melalui kontak langsung. Transmisi kutu kepala terjadi melalui kontak kepala dengan kepala, bertukar topi atau helm, sedangkan transmisi kutu badan biasanya terjadi dengan bertukar pakaian, handuk, dan kontak dengan kasur atau sofa yang terpapar kutu. Infestasi kedua jenis kutu tersebut biasanya dapat ditemukan di seluruh anggota keluarga yang tinggal serumah. Berbeda dengan jenis kutu lainnya, transmisi kutu kelamin terjadi melalui kontak seksual.

Kutu kepala dapat ditemukan pada rambut, alis, dan bulu mata. Gejala umum infestasi kutu kepala antara lain rasa gatal di kulit kepala, serta munculnya sensasi kutu bergerak di kepala. Diagnosis didapatkan dari temuan telur atau kutu pada rambut. Kutu badan bertelur di lipatan pakaian dan kain. Gejala infestasi kutu badan meliputi rasa gatal di sekitar badan, terutama di area lipatan di tempat yang terdapat jahitan pakaian (ketiak, dada, punggung, selangkangan). Rasa gatal seringkali bersifat hebat, sehingga individu akan terus menggaruk hingga terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Diagnosis dapat dilakukan secara klinis atau dengan temuan kutu badan pada lipatan pakaian. Infestasi kutu kepala banyak ditemukan pada populasi anak-anak, terutama di tempat penitipan anak atau di sekolah, sedangkan infestasi kutu badan banyak ditemukan pada populasi yang tinggal di tempat dengan tingkat sanitasi rendah. Kutu kelamin dapat ditemukan di rambut kemaluan, alis, bulu mata, dan rambut ketiak. Infestasi kutu kelamin banyak ditemukan pada populasi dewasa dan berkaitan dengan penyakit menular seksual.

Apabila salah satu anggota keluarga terbukti memiliki infestasi kutu, maka seluruh anggota keluarga juga harus diperiksa. Obat anti kutu tersedia dalam berbagai macam kelompok obat, antara lain golongan piretroid, malathion, lindane, benzil alkohol, dan ivermectin. Terapi harus diulang antara 7-10 hari sejak dosis pertama untuk memastikan seluruh kutu dewasa telah mati. Selain menggunakan obat-obatan, kutu dewasa yang menempel pada pakaian harus dibunuh dengan cara merendam pakaian di air panas atau dengan menyeterika pakaian.

 

 

Daftar Pustaka:

Bragg BN, Simon LV. Pediculosis Humanis (Lice, Capitis, Pubis) [updated 31 January 2019]. Treasure Island, FL, StatPearls Publishing; 2019. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470343/.

Burgess IF, Silverston P. Head lice. BMJ Clin Evid. 2015;2015.

Dagrosa AT, Elston DM. What’s eating you? head lice (Pediculus humanus capitis). Cutis. 2017;100(6):389-92.

Steen CJ, Carbonaro PA, Schwartz RA. Arthropods in dermatology. J Am Acad Dermatol. 2004;50(6):819-42, quiz 42-4.

Tautan

Universitas Gadjah Mada

Departemen Parasitologi

Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada

Gedung Prof. Drs. R. Radiopoetro Lantai 4

Sekip Utara, Yogyakarta 55281

Indonesia

Telp./Fax. (0274) 546215

Email: parasitologi.fk@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju