Filariasis limfatik, atau lebih dikenal dengan penyakit kaki gajah, merupakan salah satu penyakit infeksi tropis yang terlupakan (neglected tropical disease). Penyakit ini disebabkan oleh cacing filaria yang ditransmisikan melalui gigitan nyamuk. Lebih dari 50 negara di dunia termasuk dalam kategori daerah endemis filariasis limfatik, dengan lebih dari 36 juta populasi dunia menderita komplikasi akibat infeksi kronis.
Cacing filaria termasuk dalam kelompok cacing gelang (nematoda). Terdapat 3 spesies cacing yang dapat menyebabkan filariasis limfatik pada manusia: Wuchereria bancrofti (90% kasus), Brugia malayi, Brugia timori. Bergantung pada lokasi geografis dan karakteristik biologisnya, cacing filaria ini dapat ditransmisikan dalam bentuk larva infektif melalui gigitan nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Aedes, Mansonia, danOchlerotatus. Saat nyamuk menggigit manusia, larva tersebut akan bergerak menuju sistem limfatik dan berkembang menjadi cacing. Cacing dewasa dapat hidup hingga lebih dari 5 tahun dan dapat memproduksi jutaan mikrofilaria yang bersirkulasi di sistem peredaran darah.
Sebagian besar individu dengan infeksi filariasis limfatik tidak menunjukkan gejala pada fase akut. Infeksi bersifat kronis progresif pada sistem limfatik, menyebabkan peradangan lokal pada kulit, kalenjar getah bening, dan sistem limfatik yang tampak sebagai penebalan kulit dan pembengkakan anggota gerak (kaki gajah). Pembengkakan juga dapat ditemukan pada kemaluan dan payudara. Terapi spesifik dapat dilakukan menggunakan obat diethylcarbamazine citrate(DEC) dan albendazole. Individu dengan infeksi kronis dan manifestasi klinis kaki gajah mungkin memerlukan pendekatan bedah dan fisioterapi untuk mengurangi pembengkakan dan peradangan.
Pengendalian penyakit filariasis limfatik dapat dilakukan dengan cara pemberian obat cacing dalam skala besar (mass drug administration) di daerah endemis. Pengobatan ini dapat mengurangi jumlah parasit yang bersirkulasi di dalam darah penderita, sehingga kemungkinan penyebaran penyakit menurun. Pengendalian nyamuk vektor tetap merupakan strategi tambahan dalam pencegahan transmisi penyakit filariasis limfatik. Bergantung dari spesies nyamuk vektornya, metode pengendalian dapat berupa pemberantasan sarang nyamuk, modifikasi lingkungan, penggunaan kelambu tidur (ITN), program penyemprotan insektisida (IRS), dan penggunaan repelen atau obat nyamuk.
Daftar Pustaka:
Dreyer G, Noroes J, Figueredo-Silva J. New insights into the natural history and pathology of bancroftian filariasis: implications for clinical management and filariasis control programmes. Trans R Soc Trop Med Hyg. 2000;94(6):594-6.
Famakinde DO. Mosquitoes and the Lymphatic Filarial Parasites: Research Trends and Budding Roadmaps to Future Disease Eradication. Trop Med Infect Dis. 2018;3(1):4.
Shenoy RK. Clinical and pathological aspects of filarial lymphedema and its management. Korean J Parasitol. 2008;46(3):119-25.
World Health Organization. Global programme to eliminate lymphatic filariasis: progress report, 2017. Weekly Epidemiological Record. 2018;44(91):589-604.
World Health Organization. Lymphatic filariasis[updated 12 April 2019]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/lymphatic-filariasis.