Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Saat ini terdapat 5 spesies Plasmodiumyang dapat menyebabkan penyakit malaria pada manusia: Plasmodium falciparum, P. vivax, P. ovale, P. malariae, P. knowlesi.Di antara lima spesies tersebut, P. falciparumdan P. vivaxmerupakan dua spesies terbanyak yang menginfeksi manusia. Hampir separuh populasi dunia tinggal di daerah endemis malaria, seperti Afrika sub-sahara, Asia Tenggara, Timur Tengah, Pasifik, dan Amerika Selatan. Sekitar 99.7% kasus malaria di Afrika disebabkan oleh P. falciparum. Di regio lainnya parasit spesies ini juga mendominasi infeksi malaria pada manusia: Asia Tenggara (62.8%), Timur Tengah (69%) dan Pasifik (71.9%). Di sisi lain, P. vivaxmerupakan penyebab utama malaria di Amerika Selatan (74.1%). P. knowlesimerupakan malaria pada hewan primate yang telah diketahui dapat menginfeksi manusia. Parasit jenis ini banyak ditemukan di Asia Tenggara, terutama di Malaysia Timur dan negara yang berbatasan dengannya. Kasus malaria akibat P. malariaedanP. ovaletidak terlalu banyak ditemukan.
Secara umum, malaria ditransmisikan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Terdapat lebih dari 30 spesies nyamuk Anophelesyang memiliki kapasitas sebagai vektor malaria yang baik. Nyamuk jenis ini menggigit pada malam hari hingga pagi hari. Intensitas transmisi bergantung pada faktor parasit, vektor, manusia, dan lingkungan. Nyamuk Anopheles dapat bertelur di air bersih atau air kotor, tergantung dari spesiesnya. Kepadatan nyamuk vektor Plasmodium dipengaruhi oleh musim, habitat, usia nyamuk, dan keberadaan hewan ternak sebagai sumber makanan lain nyamuk. Selain itu, derajat infeksi malaria bergantung pada imunitas individu. Kekebalan terhadap infeksi malaria dengan derajat berat dapat terbentuk pada individu yang tinggal di daerah endemis malaria selama beberapa tahun. Akan tetapi, kekebalan ini bersifat sementara.
Manifestasi klinis malaria pada manusia muncul setelah periode inkubasi 10-15 hari. Gejala dapat berupa demam tinggi, menggigil, keringat dingin, dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisik dan laboratorium, pasien malaria dengan infeksi berat dapat menunjukkan anemia, napas cepat akibat kelainan elektrolit, kegagalan organ, hingga penurunan kesadaran akibat malaria otak. Manifestasi klinis berat biasanya terjadi pada infeksi malaria oleh P. falciparum. Faktor risiko lain malaria berat antara lain anak-anak, ibu hamil, dan individu dengan status imun rendah, misalnya individu dengan HIV. Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan apusan darah atau dengan melakukan uji cepat (rapid test) dengan sampel darah. Terapi utama malaria adalah obat antimalaria berupa kombinasi obat berbasis artemisinin (ACT). Dengan mulai munculnya kekebalan (resistensi) parasit Plasmodiumterhadap obat golongan ini, obat dapat disesuaikan dengan profil resistensi obat di setiap daerah.
Pencegahan utama infeksi malaria dapat dilakukan dengan pengendalian nyamuk vektor. Terdapat dua metode utama pengendalian vektor malaria, yaitu kelambu nyamuk berinsektisida (ITN) dan penyemprotan insektisida (IRS). Kedua metode tersebut hanya akan berfungsi efektif apabila cakupan program tergolong memuaskan pada program distribusi kelambu nyamuk dan program penyemprotan insektisida. Pada individu yang berencana untuk berpergian ke daerah endemis malaria dan melakukan aktivitas yang berisiko tinggi untuk tergigit nyamuk vektor malaria, beberapa jenis obat-obatan antimalaria juga dapat digunakan sebagai metode pencegahan infeksi. Pada populasi balita dan ibu hamil di negara endemis tinggi malaria, pengobatan rutin pencegahan malaria merupakan program pemerintah yang wajib dilakukan untuk mencegah transmisi malaria pada populasi rentan tersebut. Selain itu, saat ini sedang dilakukan uji klinis vaksin malaria RTS,S/AS01 (RTS,S) di Ghana, Kenya, dan Malawi. Vaksin ini diperkirakan dapat melindungi individu dari infeksi P. falciparum.
Pengendalian malaria memiliki tujuan akhir eliminasi malaria. Untuk mencapai eliminasi malaria, diperlukan program intensif terkait pengendalian nyamuk vektor, monitoring status resistensi insektisida komponen ITN dan IRS, surveilans kasus malaria, serta keterlibatan masyarakat dan pemerintah.
Daftar Pustaka:
Benelli G, Beier JC. Current vector control challenges in the fight against malaria. Acta Trop. 2017;174:91-6.
Huijben S, Paaijmans KP. Putting evolution in elimination: Winning our ongoing battle with evolving malaria mosquitoes and parasites. Evol Appl. 2017;11(4):415-30.
Mahmoudi S, Keshavarz H. Efficacy of phase 3 trial of RTS, S/AS01 malaria vaccine: The need for an alternative development plan. Hum Vaccin Immunother. 2017;13(9):2098-101.
Singh B, Daneshvar C. Human infections and detection of Plasmodium knowlesi. Clin Microbiol Rev. 2013;26(2):165-84.
World Health Organization. Guidelines for the treatment of malaria. 3rd ed. Geneva: Global Malaria Programme, World Health Organization; 2015.
World Health Organization. World Malaria Report 2018. Geneva: Global Malaria Programme, World Health Organization; 2018.
World Health Organization. Malaria[updated 27 March 2019]. Available from: https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/malaria.